“ketika hasrat terperangkap dalam gelap”
. . .
Untuk beberapa lama, harapan kosong mempermainkanku,
menggelitik ketenangan di hidupku.
Pada jemari harapanmu kutitipkan gairah, mempesonakan
kepingan mimpi diantara ketidakpastianmu.
Sesungguhnya, tak pernah ada kata suka yang terlontar
dari bibir indahmu, namun hasratku menggebu meski dengan diammu.
Aku masih membisik, akan ada harapan biru diantara
abu-abu.
Namun waktu terus beranjak dengan angkuhnya,
meninggalkan aku dengan separuh harapan milikimu.
Dengan ketidakpedulian sang waktu, menyadarkanku akan
kesalahan terbodohku.
Tak seharusnya aku terperangkap dalam ruang aneh,
mengantarku pada layar-layar kebingungan.
Hasrat mencapai hatimu membutakan logika, padahal tak
pernah ada rindu yang benar-benar sama.
Kini aku mengerang, dalam kesakitan.
Hasratku yang terperangkap kian mengabur seperti angin
tak tertangkap.
Dan tarian maut seakan segera menjemput, memagut kalut.
Kini aku harus benar-benar kemasi mimpi, bersegera
kembali pada jalan yang seharusnya ku lalui.
Kinipun angin telah menyihir hujan menjadi badai, tak
ingin tariannya makin jerumuskanku pada padasnya mimpi.
Mungkin sudah saatnya aku kembali.
Meski dengan sedikit luka, disini . . .
.
. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar