“Seolah bagai pelangi tanpa warna, tatkala
kabar sedih menghampiri seketika, gersang...
sunyi....
mati ...
tak mampu temui asa dalam mimpi”
. . .
Jejak merekam nyala semangat
Pena harummu tertinggal pada almanak tua
Sendu meracau di tiap lembarnya
Singkirkan kecemasan membuta
Alangkah syahdan gerak menit yang terlalu
Bukankah baru sekian detik, petuahmu menemani
Menyeberangkan keinginan tentang sebuah cita-cita
Tragedi sepi menyambangi malam
Mencabik-cabik layar mimpi, di batas pengharapan
Ada resah melilit memagut kalbu
Terasa penat cerita itu mengerat, ribuan mimpi
yang seyogyanya masih dini tertata
Ada hati mengering tiba-tiba, gersang
Nyala di atas penghabisan
Asa mengeping di sisi hari
Perburuan karya seakan mati, menjadi-jadi
Usai sudah bahasa sahaja, yang kau sampaikan
Sajakmu adalah sendu terpatri di kerasnya hati
Meninggalkan sepi diantara puing-puing mimpi, kelam sembunyi
Kini harapan tak tahu lagi, mampukah menjadi api
. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar