. . .
Pagi ini mendung menari dengan sedikit berlari, diantaranya angin
suguhkan hawa menelusup dingin.
Aku masih terjaga, dari apa yang tak aku ingin rasakan, sepenuhnya
melupakan kehadiran jingga yang penuh warna.
Jingga, hadirnya tak pernah
disangka
Diamnya, runtuhkan segala
angkuh yang ada
Jingga elokmu tak bisa
kutepis dengan sempurna
Karena kalimatmu adalah
mantra menikam hasrat jiwa
Pagi ini, mendung bergelayut seperti ini...
Mungkinkah jingga kan hadir sore nanti ???
Sesungguhnya, hanya senyum jingga yang mampu membuatku berdiri
dengan kedua kakiku,
Setelah biru yang tak mampu aku rengkuh, dalam dekapanku.
Jingga adalah cerita yang mengukir bahasa diantara luka-luka,
mengikis perih diantara ribuan caci
maki.
Menemani dalam pahatan langkah terbata sendiri .
. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar