Selasa, 26 Februari 2013

Tari - mu



Menarilah bersama sentilan senyummu
Menarilah untukku
Menarilah dengan paham yang kau mau
hibur aku

Dengan tegak rasa mejadikan hati kian binasa
tercabik sunyi
serta keangkuhan merajam mati

Sampaikan padaku
Detik yang indah
meski tak mampu mengekal dalam detikku
Namun, akan aku kekalkan 
dalam hatiku
Segenap bayangan serta tarianmu
Peneguh jiwaku 
lumpuh layu

Termangu dalam Hujan


" Biar hujan sampai pada lelahku, sampai aku mau "

Aku masih disini
Menghitung rintik hujan satu persatu
Merasakan tajamnya rintikan
dengan malu

Malu-malu aku dibawah guyuran hujan
Namun sengaja
hentikan langkah di tanah lapang
Biar hujan menyentuh wajahku
Menyapu gersang dalam rintihan kelu
Termangu

Puntung Kenangan

Puntung kenangan
Dalam garis bisu
Diantara daun gemerincing berjatuhan

Membawa luka

Sepi
Airmata
melompati sudut mata
Melingkari jiwa
Menjadikan perih
dalam dada

Sepenggal cerita

Antara luka airmata
Menganak pinak
Dalam sepi yang terkapar
Tak tersambut buih lautan
Tak mampu terhapus oleh hujan

Puntung kenangan malang

Di sudut waktu membeku
Mengambang
Kisah hilang

Cerita Angin

Dari ketika semua tak mampu bersuara
Hanya bisikan angin yang mampu mengabarkan bagaimana sebenarnya ia
Kesejukan yang ia semaikan tatkala beradu dengan kegersangan
Atau dingin yang menelusup mampu ia antar tanpa keraguan
Menggigilkan jiwa
Menasbihkan kuasa atas cerita sebuah cuaca

Pagi menyapa dunia bersama kicaunya
Dan angin menyapa semesta dengan lawatan terindah
Masih bersama dingin, namun beserta semangat baru
Harapan baru di hari itu
Akan ada duka yang terberaikan angin
Dan pahatan luka yang tak mampu lagi terbaca

Begitulah ia
Meski kerap dalam diam, ia senantiasa ramah pada jiwa-jiwa yang merindukan
Hibur kesepian hati dengan dawai sucinya
Menghapus lara dengan segala cerita dari surga
Tentang cinta,harapan serta mimpi
Yang tak harus lapuk karena waktu yang tak hendak memihakmu

Angin bukan hanya bercerita tentang kehidupan ketika ini
Ia telah lama bernyanyi, menghibur sepi
Ketika bumi baru saja terlahir
Ketika tunas baru tersembul diantara tanah
Karenanya, betapa ia cakap dalam diamnya
Betapa menakutkan ia dalam marahnya

Dawai angin
Dawai surga
Awal segala kehidupan dari hembusannya
Begitulah ia memelihara dunia
Bersama cinta dan segala kuasa

Sabtu, 23 Februari 2013

Purnama Bisu



Aku bicara pada purnama yang bisu
Yang bersandar dikejauhan malam
Dengan wajah pucat bak perawan termangu menahan lara 

Bulan menggantung disisi langit 
Pada hitam pekat 
Di genggaman malam 
Sedikit berawan 

Purnama terik 
Antara desau angin dan basah embun 
Di pertengahan malam 
Antara lolongan anjing penjaga kesunyian

Seketika merasuki tubuh layuku 
Pucat purnama, ada pada hatiku