Sabtu, 28 April 2012

Dalam sunyi

Mentari masih mengambang diufuk barat
Tatkala kuberjalan sendiri
Nikmati sunyi
Dalam pendar cahaya senja
Kumasih terus ingati sosoknya

Ketika malam beranjak turun
Langkah kecilku turut mengayun
Menuju sepi
Menahan hampa hati
Rembulan yang tersenyum adalah saksiku
Ketika aku tertunduk
Pilu . . .
Serta saat jatuh airmataku
Basahi kesunyianku

Resah

Hatiku resah
Jiwakku digeluti gelisah
Diantara keangkuhan
Aku tak bisa pahami arti kisahku
Hanya lewat tulisan
Adalah cermin kegalauan rasaku
Karena saat ini
Kuhanya bisa memagut sunyi
Serta mengulum senyum yang terasa tak ada arti

Jingga hilang warna

Disela desahku
Diantara riuh raungku
Aku tertawa pilu
Aku termenung dalam ragu
Ku berlari dipuncak egoku
Ku bersimpuh diatas lukaku
Dalam kebisingan memuakkan
Dalam keheningan membosankan
Ingin ku katakan pada semua
Bahwa aku adalah jingga yang kehilangan warna

Demi bahagiamu

Rinduku ini memapahku untuk mencarimu
Hingga terdampar disudut ini
Di sebuah tempat hingar namun sepi

Ketika ku belum temukanmu
Kuterus mencari dan berlari
Meski dihamparan gurun
Meski bulan kian mengayun tahun

Kucoba mencari cinta dan bayangmu
Diantara sajak-sajak biru
Terasa lama aku mencarimu
Dan terus mencarimu
Akhirnya kumenemukanmu
Namun sepertinya kau tak sendiri lagi
Ada seseorang disampingmu
Yang bergelayut manja dipundakmu
Serta memeluk erat lenganmu

Inginnya aku hampirimu
Sampaikan asa serta jutaan rindu
Namun tak ingin bahagiamu pudar oleh hadirku
Kuputuskan kembali pulang
Membawa rasa sakit serta kecewa
Demi senyum dihatimu
Demi bahagia dihidupmu
Kurela membunuh rindu disetiap aliran darahku

Rindu

Tak ada gerak yang bergulir
Dalam detakan jantung yang berulir
Dari waktu ke waktu
Semua seolah diam kaku
Aku membusuk dalam sendiriku
Aku bosan dalam keterasinganku

Gemulai gerak ilalang
Menembus batas duka yang panjang
Dipersimpangan jalan aku diam
Dan karena rindu akhirnya kini aku pulang

Bukan itu

Bukan itu yang aku maksud
Bukan seperti itu yang aku mau
Bukan ..
Bukan seperti yang ada difikirmu

Jika salah mengartikan sikap
Maka aku kutuki diriku sendiri
Mengapa ..
Mengapa hal ini terulang lagi

Adakah yang salah dari senyumku
Adakah keliru dalam sikapku
Sungguh ...
Aku tak tahu

Kamis, 26 April 2012

Lirih Hati

Hari ini tak ada cerita
Hari ini tak ada kata
Hanya hati yang bersuara
Lirih . . .

Semuanya masih tersimpan
Di sudut hatiku yang membisu
Cerita tentang kita
Berdua . . .

Perih

Perlahan-lahan
Sedikit demi sedikit
Aku surutkan langkah ini
Walau hanya setengah hati

Dalam subuh ini aku sendiri
Mencecap resah bekunya pagi
Ada perih
Ada sakit
Aku tersesat dalam lara hati

Begitu riuh dalam benakku
Rasa perih kian memburu
Aku begitu tak mampu
Menghapus jejak-jejak hadirmu

Kini aku sepi
Disudut waktu yang menepi
Kini aku harus nikmati
Perih ini
Sendiri . . .

Rabu, 25 April 2012

Galau

Pada siapa harus kukatakan
Resah risau yang kini aku rasakan
Pada siapa aku tanyakan
Galau ini jadi pisau yang menikam

Mungkin juga bukan salahku
Tapi aku tak tahu pasti dimana letak salah itu
Mencoba mengurainya dengan berfikir
Namun tetap saja abu-abu

Entah bagaimana akhir kisahnya
Namun doaku jangan biarkan usahaku sia-sia

Someone like U

Tak ada yang sepertimu
Tak ada yang bisa paham seperti bijakmu
Lembutmu adalah tulus
Sangat nampak dikeluasan tingkahmu

Tak ada yang mampu sepertimu
Tak ada yang mampu mengharukan hatiku
Terlebih membuatku terpaku
Dengan sajak-sajak bisu

Huffffttt....

Sudah saatnya aku harus beranjak
Hati sudah terasa kian sesak
Buang sajalah
Harapan gila itu tak ada yang sempurna

Sepertinya tak akan ada kelabu yang menjadi biru
Mengharapkannyapun adalah percuma untukmu
Dan pula untukku

Bintangpun masih menari kala malam
Bulanpun masih tersenyum dilangit hitam
Tak ada patah yang harusnya bertahan
Tak ada pedih yang harus dikenang
Semua pasti ada masanya
Untuk suka, duka dan airmata


Selasa, 24 April 2012

Patah

Mendung di siang kali ini
Menggantung dalam ketidakpastian
Akan berubah menjadi rintik hujan kah
Atau sekedar menjadi penghalang sinar mentari ke bumi

Pada kegelisahan yang tak bisa lari
Anganku kosong berusaha mengaduk sepi
Bilakah ia segera beranjak 
Menggantinya dengan sajak-sajak nyata

Kabut sore mulai nampak
Karena mendung yang menggantung
Dan karena dingin yang semakin menelusup

Aku tak mampu lagi lalui ini
Biarlah aku berhenti disini
Sejak saat ini ...

Sore yang tak biasa

Ini sore yang tak biasa
Dalam April diantara debu yang basah
Awan mengembang dimendung cakrawala
Namun dimataku lukisan alam tak seindah biasanya
Sebab ada luka
Di dada ...
Hatikupun tersesat diantara diamnya
Kepada angin yang menerjemahkan waktu
Kuingin berbincang tentang lukaku
Lama menunggu iapun tak hampiri aku
Baru terfikir betapa tololnya aku

Andai bukan untukku
Kenapa harus kumenunggu
Andai bukan untuk jadi milikku
Pergilah dengan perlahan...
Meninggalkanku ...

Dibalik bahasa bunga

Bahasa yang disampaikan bunga adalah bahasa kelembutan
Meniup halus meronta dalam kesunyian
Seperti yang kusampaikan dalam diamku
Bahasa bunga adalah inginku
Bisa juga kau mengerti
Namun bisa juga kau tak pahami
Setiap gerak ini mengandung arti
Walau terkadang maknanya masih tersembunyi
Coba pahami
Coba selami
Apa sebenarnya yang aku ingini

Hampa

Rinduku terkapar
Tapi masih saja kau enggan hampiriku
Aku menyanyi dalam sunyi
Sendiri ...
Berharap sedetik kemudian kau kan hampiri
Namun tetap saja yang kutemui adalah sepi
Aku lelah berharap semua akan berubah
Dalam fikirku tetap saja
Semua adalah sia-sia

Karena ...

Terbangun dengan perasaan menggantung
Sempat terlintas sebuah tanya, benarkah ini?
Istigfar segera terucap dari bibir
Seperti inikah ketidakmampuanku menakhlukkan keadaan
Duhai Gusti ...
Ajak aku kembali
Kali ini aku terjatuh lagi

Promise

Kumajukan hati
Satu langkah lagi
Untuk terus mencintaimu
Sepanjang waktu
Meski kadang ada bosan membayang
Ada jenuh yang menelusup 
Aku ingin langkahku tetap bersamamu
Lewati waktu
Habiskan sisa umurku

Kecewa

Pagi ini aku masih enggan berbagi
Baik cerita ataupun hati
Kecewa ini masih menutup sebagian rasaku
Hingga aku tak mampu
Berlalu...


Disudut  itu aku tahu kau menunggu
Mengharap seuntai kata terucap dari mulutku
Tapi sungguh...
Kecewa ini masih membelenggu
Dalam hati dan jiwaku

......

Adalah mimpi yang tak bisa terbeli
Bisa membayangkan namun tak bisa merasakan
Bisa menatap namun sulit mengungkapkan
Bahkan tabu bila diucapkan
Melenggang dengan diam adalah satu-satunya pilihan
Sebab pasti akan ada prahara dibalik indahnya
Sangat bijak bila tak egois
Sebab ego mampu hadirkan tangis
Dari mata sang pencinta
Dari lubuk hati sang pemuja rahasia
Ada asa yang tak bisa dipaksakan
Ada keinginan yang tak mampu terwujudkan
Lewat tetes airmata
Semoga mampu mengurai segalanya
Walau terbata-bata dalam kata
Walau tertatih dalam luka
Esok pasti terasa indah pada waktunya...